|
|
|
|
|
SMAN 3 JOMBANG
TAHUN PEAJARAN 2012/2013
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Evolusi merupakan ilmu yang
mempelajari perubahan yang berangsur-angsur menuju kearah yang sesuai dengan
masa dan tempat. Teori evolusi mempelajari proses perubahan yang terjadi pada
makhluk hidup. Pemikiran tentang teori evolusi terus berkembang seiring dengan
perubahan zaman. Pada masa evolusi modern konsep evolusi dikembangkan dengan
tinjauan struktur DNA. Saat ini telaah tentang DNA mengungkapkan bahwa ada
mekanisme perubahan pada tingkat molekul DNA, sehingga membawa pemahaman yang
lebih baik pada proses perubahan organisasi makhluk hidup.
Timbulnya spesies baru merupakan
suatu mekanisme evolusi. Apabila dua varietas dari spesies tertentu menghuni
dua tempat yang sangat berbeda, sehingga tidak dapat melakukan hubungan reproduksi,
maka varietas tersebut akan mengalmi perubahan
dan akhirnya menajadi dua atau lebih spesies yang berlainan.
Terbentuknya beberapa spesies baru
yang berasal dari satu nenek moyang disebut dengan spesiasi. Berdasarkan latar
belakang diatas maka di susunlah makalah yang berjudul “Spesiasi”.
B.
Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan
spesiasi?
- Syarat terjadinya spesiasi?
- Bagaimanakah faktor utama
Spesiasi?
- Bagaimanakah mekanisme
spesiasi?
- Bagaimana perbedaan mekanisme
spesiasi alotropik, paratrik, dan simpatrik?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui apa yang
dimaksud spesiasi
- Untuk mengetahui syarat
terjadinya spesiasi
- Untuk mengetahui faktor utama
Spesiasi
- Untuk mengetahui mekanisme
spesiasi beserta contohnya
- Untuk mengetahui perbedaan mekanisme
spesiasi alotropik, paratrik, dan simpatrik
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru
yang berbeda dari spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara
natural dalam kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi,
keduanya merupakan proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi
sedikit, secara gradual, perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada
perubahan yang terjadi pada populasi jenis tertentu.
Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian tergantung pada ukuran kisaran
geografis dari suatu daerah. Daerah yang luas cenderung meningkatkan kecepatan
spesiasi dan menurunkan kecepatan kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang
luas akan mengalami spesiasi lebih cepat, sedangkan menurunnya luas area akan
meningkatkan kepunahan suatu jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan
mengalami spesiasi. (Widodo, 2007). Spesiasi
atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi,
isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003). Adapun
proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama hingga
berjuta-juta tahun.
Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari
spesies sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat,
dapat pula berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri
atas kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu lokasi yang
sama. Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing
mengembangkan adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka waktu
yang lama, populasi yang saling terpisah itu masing-masing berkembang menjadi
spesies baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan perkawinan yang menghasilkan
keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh
adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika.
B. Syarat
Terjadinya Spesiasi
1. Adanya perubahan lingkungan
Perubahan lingkungan dapat menyebabkan perubahan evolusi.
Contohnya, bencana alam dapat menyebabkan timbulnya kepunahan massal di muka
bumi. Bencana alam seperti glasiasi, vulkanisme, atau akibat pergesaran benua,
dan proses-proses lainnya menyebabkan perubahan global yang menyebabkan
timbulnya kepunahan massal di muka bumi. Kepunahan massal akan menimbulkan
relung-relung kosong yang dalam waktu lama relung-relung tersebut baru terisi.
Apabila tidak ada relung yang kosong, tidak ada tempat bagi suatu spesies untuk
mengalami proses spesiasi.
2. Adanya relung (niche)
yang kosong
Relung
merupakan tempat hidup dan interaksi suatu organisme. Suatu spesies selalu
menempati relung tertentu. Suatu relung umumnya hanya dapat ditempati oleh satu
jenis spesies saja. Kepunahan massal akan menimbulkan relung-relung kosong yang
akan menyebabkan relung-relung baru terisi kembali dalam jangka waktu yang
panjang. Apabila relung tersebut kosong (tidak ada organisme yang
menempatinya), maka akan ada banyak organisme yang berusaha menempati relung
tersebut.
3. Adanya
keanekaragaman suatu kelompok organisme
Selalu akan ada sejumlah organisme yang mencoba
mengisi relung yang kosong. Keberhasilan suatu organisme mengisi relung
ditentukan oleh seberapa besar kecocokan organisme tersebut dibandingkan dengan
persyaratan relung yang kosong.
C. Faktor Utama Spesiasi
DOMESTIKASI
Pengadopsian hewan /tumbuhan dari
kehidupan liar ke kehidupan sehari hari manusia. Dalam arti yang sederhana
domestikasi merupakan proses penjinakan. Yang dilakukn terhadap hewan liar.
Perbedaanya, penjinakan lebih pad individu, sedangkan domestikasi melibatkan
populasi, seperti seleksi, pemuliaan (perbaikan keturunan) serta perubahan perilaku
dari suatu organisme
1. Isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa
faktor awal dalam proses spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama
populasi dari spesies yang sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak
langsung gene flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di
dalam sistem dapat menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan
variasi intraspesies.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses
geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara
perlahan-lahan memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran
rendah; suatu glasier yang yang bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi
suatu populasi; atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa
danau yang lebih kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi.
Jika populasi yang semula kontinyu dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk
hambatan bagi penyebaran spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi
bertukar susunan gennya dan evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri.
Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab
masing-masing menjalani evolusi dengan caranya masing-masing (Widodo dkk,
2003).
(Widodo dkk, 2003). Isolasi geografi dari sistem populasi
diprediksi akan mengalami penyimpangan karena kedua sistem populasi yang
terpisah itu mempunyai frekuensi gen awal yang berbeda, terjadi mutasi,
pengaruh tekanan seleksi dari lingkungan yang berbeda, serta adanya pergeseran
susunan genetis (genetic drift), ini memunculkan peluang untuk
terbentuknya populasi kecil dengan membentuk koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis
yang mencegah terjadinya perpindahan-perpindahan spesies tertentu melewati
batas ini dan suatu barier suatu spesies belum tentu merupakan barier bagi
spesies lain. Perubahan waktu yang terjadi pada isolasi geografis menyebabkan
terjadinya isolasi reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda.
2.
Isolasi
Reproduksi
Pada awalnya isolasi
reproduksi muncul sebagai akibat adanya faktor geografis, yang sebenarnya
populasi tersebut masih memiliki potensi untuk melakukan interbreeding
dan masih dapat dikatakan sebagai satu spesies. Kemudian kedua populasi
tersebut menjadi begitu berbeda secara genetis, sehingga gene flow yang
efektif tidak akan berlangsung lagi jika keduanya bercampur kembali. Jika titik
pemisahan tersebut dapat tercapai, maka kedua populasi telah menjadi dua
spesies yang terpisah
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi
karena adanya pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang
berdekatan akibat faktor ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda
terjadi pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga
dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah
bercampurnya dua populasi atau mencegah interbreeding jika kedua
populasi tersebut berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang
menjadikan kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang
berbeda) dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami proses
instrinsik yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool
mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat
yang sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang
mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum perkawinan dan isolasi sesudah
perkawinan.
a. Isolasi
Sebelum Perkawinan (Pre-mating
isolation/prezygotic barrier)
Isolasi
sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau merintangi
pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha untuk saling
mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
1) Isolasi Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal
barrier), suatu ketika mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai
keadaan lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan, keduanya
tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada tempat dimana
populasi lain berada, mereka dapat mengalami perubahan pada perbedaan-perbedaan
genetik yang dapat tetap memisahkan mereka. Setiap spesies beradaptasi dengan
iklim setempat di dalam batas-batas daerah sendiri dan iklim dari keduanya
sangat berbeda, sehingga setiap spesies tidak mungkin hidup di tempat spesies
yang lain. Jadi, disini terdapat perbedaan-perbedaan genetik yang mencegah gene
flow diantara spesies pada keadaan yang alami. Contohnya pada pohon jenis Platanus
occidentalis yang terdapat di bagian timur Amerika Serikat dan Platanus
orientalis yang terdapat di timur Laut Tengah, kedua spesies ini dapat
disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini
terpisah tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi
(Waluyo, 2005).
2) Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship
(percumbuan) dan perkawinan (mating). Tingkah laku juga berperan pada
perkawinan acak antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan mendapat
hambatan oleh terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi
suksesnya perkawinan tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki
pola perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini pasangannya.
Kegagalan perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing dengan pola perilaku
yang ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen
perilaku yang spesifik seperti yang ditunjukkan oleh burung bower di mana hewan
jantan harus mempersiapkan pelaminan yang penuh dengan aksesoris tertentu agar
burung betina mau dikawini. Isolasi perilaku sangat tergantung pada produksi
dan penerimaan stimulus oleh pasangan dari dua jenis kelamin yang berbeda.
Jenis stimulus yang dominan untuk mensukseskan perkawinan, stimulus tersebut
diantaranya adalah:
a) Stimulus visual: Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain
dapat mempengaruhi stimulus visual. Beberapa hewan seperti kelompok ikan,
burung, dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual dominan mempengaruhi
ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek liar Amerika Serikat
yang simpatrik mempunyai courtship display yang baik dan disertai dengan
warna yang mencolok pada bebek jantan. Fungsinya adalah untuk memperkecil
kesempatan bebek betina memilih pasangan yang salah (Waluyo, 2005).
b) Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau suara lain yang
spesifik berfungsi sebagai alat komunikasi antar jenis kelamin yang mengarah
pada proses terjadinya perkawinan intra maupun interspesies. Suara-suara yang
dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak yang spesifik
untuk tiap spesies.
c) Stimulus kimia/feromon: Parris (1999) menyatakan bahwa
feromon merupakan signal kimia yang bersifat intraspesifik yang penting dan
digunakan untuk menarik dan membedakan pasangannya, bahkan feromon dapat
bertindak sebagai tanda bahaya. Molekul ini spesifik pada individu betina yang
dapat merangsang individu jantan dan atau sebaliknya sebagai molekul spesifik
yang dihasilkan oleh individu betina untuk menolak individu jantan. Misalnya
pada Drosophila melanogaster feromon mempunyai pengaruh pada tingkah
laku perkawinan, di mana dengan adanya feromon yang dilepaskan oleh individu
betina membuat individu jantan melakuakn aktivitas sebagai wujud responnya
terhadap adanya feromon tersebut.
3) Isolasi Musim
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim,
atau tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur. Misalnya hewan singung
berbintik (Spilogale gracilis) yang sangat mirip dengan S. putorius
ini tidak akan saling mengawini karena S. gracilis kawin pada akhir
musim panas dan S. putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama
juga terjadi pada 3 spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup di musim
tropis basah yang sama tidak terhibridisasi, karena ketiga spesies ini berbunga
pada hari yang berbeda.
4) Isolasi Mekanik (mechanical)
Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang
sangat berdekatan menyebabkan terhalangnya perkawinan antar spesies, maka
diantara kedua populasi tersebut tidak terjadi gene flow (Waluyo, 2005).
Isolasi mekanik ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi antara dua
spesies yang berbeda sehingga pada saat terjadinya perkawinan salah satu
pasangannya menderita. Mekanisme ini sebagaimana terlihat pada Molusca
sub-famili Polygyrinae, struktur genetalianya menghalangi terjadinya perkawinan
spesies dalam sub-famili yang sama. Pada tumbuhan isolasi ini terlihat pada
tanaman sage hitam yang memiliki bunga kecil yang hanya dapat diserbuki oelh
lebah kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih yang memiliki struktur bunga
yang besar yang hanya dapat diserbuki oleh lebah yang besar.
5) Isolasi Gametis (gametic)
Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi
akibat susunan kimiawi dan molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti
spermatozoa yang mengalami kerusakan di daerah traktus genital organ betina
karena adanya reaksi antigenik, menjadi immobilitas, dan mengalami kematian
sebelum mencapai atau bertemu sel telur.
Contohnya pada persilangan Drosophila virilis dan D. americana,
sperma segera berhenti bergerak pada saat sampai pada alat kelamin betina, atau
bila tidak rusak maka sperma akan mengalami kematian. gambaran lain juga yang
terjadi pada ikan, di mana telur ikan yang dikeluarkan dari air tidak akan
dibuahi oleh sperma dari spesies lain karena selaput sel telurnya mengandung
protein tertentu yang hanya dapat mengikat molekul sel sperma dari spesies yang
sama.
b. Isolasi
Setelah Perkawinan (Post-mating
isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi
ovum dari spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida
itu untuk berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil.
Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
1) Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot
hibrid) seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya,
sehingga zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai tahapan
maturitas yang baik atau mengalami kematian pada stadia awal perkembangannya.
Di antara banyak spesies katak yang termasuk dalam genus Rana, beberapa
diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang sama, dan kadang-kadang mereka
bisa berhibridisasi. Akan tetapi keturunan yang dihasilkan umumnya tidak
menyelesaikan perkembangannya dan akan mengalami kematian.
2) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakan kawin
silang, keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil,
tetapi ketika hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies
induknya, keturunan generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai
contoh, spesies kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid yang
fertil, tetapi kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika keturunan
hibrid itu mati pada saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi tumbuhan yang
cacat dan lemah.
3) Sterilitas hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat
menghasilkan keturunan yang sehat dan hidup normal akan tetapi hibrid tersebut
mengalami sterilitas. Terjadinya sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas
genetik yang nyata sehingga tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid
yang steril antara lain: mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid
antara onta dan ilama), tiglon (hibrid anatara macan dan singa), zebroid
(hibrid antara zebra dan kuda).
C.
Mekanisme Spesiasi
1
. Proses
spesiasi Simpatri
Menurut Campbell, dkk (2003) dalam spesiasi
simpatrik, spesies baru muncul di dalam lingkungan hidup populasi tetua;
isolasi genetik berkembang dengan berbagai cara, tanpa adanya isolasi
geografis. Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan.
Sebagian besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada
model spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tumbuhan.
Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik
dengan autopoliploidi yang terjadi pada tumbuhan bunga primrose (Oenothera
lamarckiana) yang merupakan suatu spesies diploid dengan 14 kromosom. Di
mana suatu saat muncul varian baru yang tidak biasanya diantara tumbuhan itu
dan bersifat tetraploid dengan 28 kromosom. Selanjutnya bahwa tumbuhan itu
tidak mampu kawin dengan bunga mawar diploid, spesies baru itu kemudian dinamai
Oenothera gigas. Mekanisme lain spesiasi adalah alopoliploid
yaitu kontribusi dua spesies yang berbeda terhadap suatu hibrid poliploid.
Misalnya rumput Spartina anglica yang berasal dari hibridisasi Spartina
maritima dengan Spartina alternaflora. Spesiasi simpatrik pada hewan
contohnya serangga Rhagoletis sp.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi
terpecah (distruptive selection), seperti ketika dua homozigot pada satu
atau lebih lokus teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan
suatu multiple-niche polymorphism. Contohnya pada serangga herbivora
bergenotip AA dan A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana
genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik. Masing-masing homozigot ingin
mempunyai fittes lebih tinggi jika dilakukan mating secara assortative
dengan genotip yang mirip dan tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang
tidak fit. Assortative mating mungkin dipertimbangkan adanya lokus B
yang dapat mempengaruhi perilaku kawin maupun mendorong serangga untuk memilih
inang spesifik, yang pada tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian
dapat bertelur. Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam
pemilihan inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif.
Banyak dari serangga herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat dekat
dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan,
mating/kawin.
Proses spesiasi tidak Simpatri
Spesiasi tidak simpatri adalah proses spesiasi
yang terdapat dalam area geografi yang berbeda dibandingkan dengan area
geografi suatu spesies yang paling berkerabat. Spesiasi tidak simpatri dapat
dibagi tiga, yaitu spesiasi alopatri (spesiasi yang terjadi di daerah yang
berjauhan atau berlainan dari satu spesies yang paling dekat hubungan
kekerabatannya), spesiasi parapatri (spesiasi terjadi di daerah yang
bersebelahan dengan daerah dari suatu spesies yang paling dekat hubungan
kekerabatannya), spesiasi peripatri (spesiasi yang terjadi di daerah pinggir
dari daerah suatu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya).
1. Spesiasi
Alopatrik ( Allopatric Speciation)
` Terjadinya
spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi geografi. Spesies
yang beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter dapat menghalangi
pertukaran gen antara spesies simpatrik. Populasi yang terpisah secara
geografis dapat terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan perilaku dibandingkan
dengan populasi yang berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak dapat
melakukan interbreeding jika mereka bertemu, karena bentuknya sangat
menyimpang (divergent) dan kemudian masuk ke dalam simpatrik tetapi
tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme
isolasi yang terjadi secara gradual.
Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar
menunjukkan keanekaragaman yang besar di daerah pegunungan yang banyak terisolasi
dengan sistem sungai. Pada suatu pulau suatu spesies adalah homogen di atas
rentang kontinen yang berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan perilaku. Contoh spesiasi alopatrik adalah pembentukan spesies burung
finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Menurut Darwin dalam
Stearns and Hoekstra (2003) bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang
burung yang sama.
Spesiasi alopatrik juga dialami oleh tupai antelope
di Grand Canyon. Di mana pada tebing selatan hidup tupai antelope harris (Ammospermophillus
harris). Beberapa mil dari daerah itu pada sisi tebing utara hidup tupai
antelope berekor putih harris (Ammospermophillus leucurus), yang berukuran sedikit lebih kecil
dan memiliki ekor yang lebih pendek dengan warna putih di bawah ekornya.Ternyata
di situ semua burung-burung dan organisme lain dapat dengan mudah menyebar
melewati ngarai ini, tetapi tidak dapat dilewati oleh kedua jenis tupai ini.
3.
Spesiasi
parapatrik/ Semi geografik
Jika
seleksi menyokong dua alel berbeda yang berdekatan atau parapatrik, frekuensi
sudah dapat ditetapkan. Dengan cukupnya seleksi pada suatu lokus yang
berkontribusi terhadap isolasi reproduktif, populasi dapat membedakan kepada
spesies yang terisolasi secara reproduktif. Endler (1977) dalam Widodo dkk
(2003) berargumen bahwa zona bastar yang biasanya menandai untuk dapat
terjadinya kontak sekunder sebenarnya sudah muncul secara in situ (melalui
perbedaan populasi parapatrik dan spesies yang muncul juga parapatrik).
Spesiasi Parapatrik merupakan spesiasi yang
terjadi karena adanya variasi frekuensi kawin dalam suatu populasi yang
menempati wilayah yang sama. Pada model ini, spesies induk tinggal di habitat
yang kontinu tanpa ada isolasi geografi. Spesies baru terbentuk dari populasi
yang berdekatan. Suatu populasi yang berada di dalam wilayah tertentu harus
berusaha untuk beradaptasi dengan baik untuk menjamin kelangsungan hidupnya,
dan usaha itu dimulai dengan memperluas daerah ke daerah lain yang masih
berdekatan dengan daerah asalnya.
Apabila di area yang baru ini terjadi seleksi, maka perubahan gen akan
terakumulasi dan dua populasi akan berubah menjadi teradaptasikan dengan
lingkungan barunya. Jika kemudian mereka berubah menjadi spesies lain (spesies
yang berbeda), maka perbatasan ini akan diakui sebagai zona hibrid. Dengan
demikian, dua populasi tersebut akan terpisah, namun secara geografis letaknya
berdekatan sepanjang gradient lingkungan.
Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik
yang spesifik untuk gene flow. Populasi berlanjut, tetapi populasi tidak
kawin secara acak, individu lebih mudah kawin dengan tetangganya secara
geografis dari pada individu di dalam cakupan populasi yang berbeda. Artinya
bahwa individu lebih mungkin untuk kawin dengan tetangganya daripada dengan
individu yang ada dalam cakupan Di dalam gaya ini, penyimpangan boleh terjadi
oleh karena arus gen dikurangi di dalam populasi dan bermacam-macam tekanan
pemilihan ke seberang cakupan populasi.
4. Spesiasi
peripatrik
Spesiasi
peripatrik : proses spesiasi yang terjadi di daerah pinggir dari daerah suatu
spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya. Suatu organisme memiliki
kisaran toleransi tertentu, akibatnya jenis tersebut akan menempati daerah
tertentu. Semakin jauh dari pusat penyebarannya, maka lingkungannya pun makin
berbeda. Dengan demikian spesies yang menempati daerah tersebut akan semakin
berbeda dengan spesies yang menempati pusat. Dengan demikian, interaksi antara populasi tersebut dengan
populasi satu spesiesnya menjadi sangat terbatas.
- D. Perbedaan
model spesiasi allotropik, paratrik, dan simpatrik
Model
Spesiasi
Allotropik
|
Model
Spesiasi
Paratrik
|
Model
Spesiasi
Simpatrik
|
Pembentukan jenis baru yang
terjadi melalui pemisahan populasi-populasi yang diturunkan dari nenek moyang
bersama dalam geografis yang berbeda. Kebanyakan spesies timbul dikarenakan
spesiasi allopatrik ini.
|
Pada spesiasi ini isolasi
reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow diantara populasi-populasi.
Pada populasi tersebut terdapat suatu alela yang berdampak pada terjadinya
isolasi reproduktif pada populasi tersebut. Sehingga spesies-spesies dalam
populasi tersebut tidak dapat melakukan perkawinan (pertukaran gen)
|
Terbentuknya jenis baru yang
terjadi karena tinggal/terdapat pada daerah yang sama. Dalam hal ini
perbedaan-perbedaan yang dimiliki seringkali ditonjolkan sehingga dapat
dibedakan dengan mudah
|
Model spesiasi alopatrik dapat
dibuktikan melalui studi variasi geografi
|
Model spesiasi parapatrik adanya
isolasi reproduktif
|
Model Spesiasi simpatrik meliputi
gradual dan spontan
|
Contoh dari spesies yang mengalami
spesiasi allopatrik adalah burung-burung finche
s di kepulauan Galapagos
|
Contoh: munculnya spesies baru
tupai tanah terjadi karena munculnya pul gen baru akibat spesiasi alopatrik
|
Contoh:
2 burung kicau (Nuthatches) yang memiliki
perbedaan yang sangat kuat dalam hal morfologi sehingga mereka dapat
dibedakan dengan mudah
|
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
·
Spesiasi
merupakan proses pembentukan spesies baru yang berbeda dari spesies sebelumnya
melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam kerangka evolusi. Spesiasi
adalah terbentuknya spesies baru
·
Syarat terjadinya spesiasi :
1. Adanya perubahan lingkungan
2.
Adanya
relung (niche) yang kosong
3. Adanya keanekaragaman suatu kelompok organisme
- Dua
Pengaruh Utama Spesiasi:
1.
Isolasi
Geografis
2.
Isolasi
Reproduksi
a. Isolasi
Sebelum Perkawinan (Pre-mating
isolation/prezygotic barrier)
1) Isolasi Ekologi (ecological)
2) Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
3) Isolasi Musim (temporal)
4) Isolasi Mekanik (mechanical)
5) Isolasi Gametis (gametic)
b. Isolasi
Setelah Perkawinan (Post-mating
isolation/Postzigotic barrier)
1) Kematian zigot (zygotic mortality)
2) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
3) Sterilitas hibrid
·
Mekanisme spesiasi
1.
Proses spesiasi Simpatri
2.
Proses spesiasi tidak Simpatri
(a) Spesiasi
Alopatrik ( Allopatric Speciation)
(b) Spesiasi
parapatrik/ Semi geografik
(c) Spesiasi
peripatrik
DAFTAR
PUSTAKA
Wallace, A. 1992. Biology The
World of Life. USA: Harper Collins Publisher Inc.
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. Malang:
UM.
Waluyo.2005
Parris.1999
Campbell
dkk.2003
Situs Web
http://mirzafaishall.wordpress.com/2012/05/27/ spesiasi/
http://biologigonz.blogspot.com/
http://nurmarustam.blogspot.com/2012/01/mekanisme-spesiasi.html